Minggu, 11 Januari 2009

POMPA JENSET SUMBANGAN GILLETE

BERTARUH KESELAMATAN


Turun 8,5 meter dengan tali nilon

untuk menuruni pitch 1 (undag-undagan/trap "bahasa jawa") mennggunakan bantuan seutas tali nilon, tidak menjadikan kendala untuk sebuah usaha dan niat yang tulus bahkan bertaruh nyawa untuk kelangsungan hidup masyarakat sekitar pakem.

GUA PASEBAN


ENTRANCE LUWENG PASEBAN


Terletak di sebelah selatan Dusun Pakem dengan jarak + 1 km. Pada jaman dahulu keberadaan Goa Paseban berfungsi sebagai pertapaan. Oleh karena itu oleh masyarakat Pakem Kuno (Gedangan) tempat tersebut dikeramatkan dan dipakai sebagai tempat sesaji. Tradisi tersebut sampai sekarang masih dilestarikan tanpa merubah tata cara pelaksanaannya. Misalnya mengenai pelaksanaan sesaji dan membersihkan Goa setahun sekali yang waktunya harus hari Senin Pahing dan melaksanakan pagelaran wayang kulit pada hari Kamis Kliwon.
Menurut cerita tradisi ini pernah ditinggalkan pada era tahun 1940-an, namun akhirnya berakibat bencana. Di Dusun Pakem muncul wabah yang menyebabkan 48 orang warga meninggal dunia secara misterius hanya dalam waktu 36 hari. Maka sejak saat itu tidak ada pemangku adat yang berani melanggar tradisi tersebut.
Disisi lain hikmah dari kuatnya tradisi warga Dusun Pakem, ternyata di dalam Goa Paseban yang memiliki panjang lorong yang belum seluruhnya tereksplorasi terdapat sumber air cukup, sehingga sampai sekarang mampu menjadi sumber kemakmuran bagi warga Dusun Pakem khususnya dan warga Desa Sumberagung pada umumnya.
Berawal sekitar tahun 1940-an, setelah beberapa telaga disekitar Dusun Pakem mengering diketemukan sumber air di Goa Paseban. Pada waktu itu sumber air yang ditemukan berjarak sekitar + 50 meter dari mulut goa. Masyarakat yang mengambil air minum pada saat itu masuk Goa dengan menggunakan Obor sebagai sarana penerangan dan klenthing (semacam gerabah) sebagai tempat air. Namun pada sekitar tahun 1960-an diketemukan tempat mengambil air yang jarak dari mulut Goa hanya + 10 meter. Mulai saat itu warga mengambil air ditempat tersebut meski tetap dengan cara tradisional. Dalam perkembangannya Goa Paseban secara perlahan-lahan mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah antara lain :
(1) Bantuan diesel pompa air (tahun 80-an) bertahan kira-kira 5 musim;
(2) Bantuan pompa air manual (tahun 90-an) dapat dioperasikan hingga tahun 2002;
(3) Bantuan dari Proyek Bengawan Solo, yaitu pemanfaatan sumber air Paseban dengan pompa listrik berikut sistem distribusi dan pengelolaan secara swakelola terpadu.
Jumlah dusun yang dapat disuplai pasebanyak 7 (tujuh) dusun yaitu : Pakem (52 kk), Salam (27 kk), Klepu (54 kk), Mesu (114 kk), Ngaluran (120 kk), Ngelo (167 kk), Pundungsari (43 kk).